Wednesday, February 6, 2013

Less is More: menciptakan lebih dari kurang

 
Saya adalah seorang gamer yang menyukai game horror dan beberapa dari pembaca yang bukan gamer juga mungkin mengenal serial game horror seperti Resident Evil atau Silent Hill. Game- game ini terkenal karena mereka berhasil mengusik salah satu emosi manusia yang paling dalam, rasa takut. Karena saya penasaran dengan apa yang membuat game horror begitu menakutkan, saya mulai melakukan riset-riset kecil tentang rasa takut dalam video game. Dalam riset singkat saya mengenai rasa takut dalam video game, saya menemukan sebuah istilah yang menarik yaitu less is more, anggapan bahwa terkadang kurangnya hal yang menakutkan dalam video game horror justru memberikan lebih banyak rasa takut. saya penasaran dengan Apa maksud dari istilah ini? Apakah less is more Ini berlaku juga dalam kehidupan nyata? Ada baiknya juga kita membahas mengenai less is more ini.

Less is more adalah tentang bagaimana kita memberikan nilai lebih pada suatu hal meskipun kita tidak memiliki atau memberikan lebih karena kesederhanaan bisa memberikan nilai lebih dibanding kompleksitas dan membuat sesuatu lebih mudah dipahami serta diapresiasi. Istilah ini pertama kali diucapkan oleh Andrea Del Satro, seorang penulis puisi pada tahun 1885 dalam puisinya yang kemudian menjadi salah satu motto Ludwig Mies van der Rohe, seorang pioner dalam aliran arsitektur minimalisme. Jika ada yang bingung dengan konsep ini, Anggaplah ada seorang wanita yang menggunakan pakaian minim berjalan di mal, bisa dibilang kekurangan kain, apa yang terjadi di dalam pikiran kaum pria? Tentunya insting kita sebagai lelaki (yang normal) pasti akan lebih memperhatikan wanita itu dari atas ke bawah, Kurangnya kain di tubuh wanita membuat pria lebih tertarik kepada wanita tersebut.

P.s: Gambar ini hanya untuk membantu visualisasi less is more, bukan membantu visualisasi yang lain.

Tentunya saya tidak mengatakan kalau wanita hanya menarik ketika mereka tidak berkain dan menyarankan semua wanita untuk berpakaian seperti Lady Gaga di kamar mandi kalau ke mall karena jika kita kembali ke konsep less is more, maka ada juga wanita dengan pakaian yang kurang menonjolkan lekuk tubuhnya namun terlihat lebih menarik karena lebih sederhana, misterius dan elegan.

Bagaimana Less is more ini bisa membantu kita dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, kita harus memahami salah satu sifat dasar manusia yaitu rasa tidak puas. Manusia adalah mahluk dengan kebutuhan yang tidak terbatas. Berbeda dengan hewan yang kebutuhannya terbatas pada makan dan berkembang biak, manusia memiliki kebutuhan emosional, psikologikal, spiritual dan masih banyak lagi kebutuhan lainnya. Kebutuhan yang tidak terbatas ini pada akhirnya akan menciptakan rasa tidak puas, sebuah dorongan untuk terus meminta dan mendapatkan lebih. Rasa tidak puas inilah yang membawa kita sebagai manusia ke keberadaan kita sekarang, semua hasil kebudayaan umat manusia adalah hasil dari rasa tidak puas ini. Ketika kita tidak puas dengan kegelapan, kita menciptakan lampu dan ketika kita tidak puas dengan dengan berjalan di tanah kita menciptakan pesawat terbang. Rasa tidak puas ini adalah bagian penting untuk berkembang menjadi manusia yang lebih baik namun ketika rasa tidak puas ini menjadi berlebihan dan membuat kita menginginkan lebih banyak dari yang seharusnya kita miliki atau berikan, di sinilah masalah muncul.

Rasa tidak puas seringkali menuntut kita untuk terus memberikan lebih pada apapun yang kita lakukan, miliki atau yang kita inginkan hingga akhirnya nilai dari apa yang kita miliki atau lakukan justru berkurang. Ini sering saya lihat dalam perilaku konsumtif kita yang selalu menuntut lebih meski sebenarnya kita sudah hidup lebih dari cukup. Tuntutan untuk selalu berlebihan ini tidak selalu berarti positif karena segala hal yang berlebihan akan selalu menjadi hal negatif sehingga yang akan terjadi adalah kontra-produktif, more is less. Nilai dari apa yang kita lakukan, berikan atau ciptakan menjadi berkurang akibat rasa tidak puas yang menuntut kita untuk berlebihan.

Bagaimana kita menciptakan lebih dari kurang dalam kehidupan kita? Saya punya satu analogi sederhana yang saya buat. Anggaplah ada seorang miskin yang cuma bisa makan sepiring nasi meskipun sebenarnya ia ingin sekali makan daging sapi. Jika ia menginginkan daging tersebut secara berlebihan, maka ia akan berusaha untuk mendapatkan daging tersebut tapi lupa bahwa ia harus makan nasi yang ada dulu untuk mendapatkan energi agar bisa berusaha mendapatkan nasi tersebut sehingga usahanya untuk mendapatkan daging teraebut menjadi sulit. Namun, jika ia memahami bahwa ia harus menerima kenyataan dulu, bahwa ia hanya memiliki nasi yang menurutya kurang, maka ia akan memakan nasi yang ada kemudian berusaha untuk mendapatkan daging yang ia inginkan.

Jadi pesan moral ini sederhana saja, untuk menciptakan lebih terimalah apa yang ada dulu, meskipun menurut kita apa yang kita punya sekarang itu masih kurang. Merasa kalau pesan moralnya mirip dengan sesuatu yang pernah kita pelajari di SD? Yep, salah satu bentuk less is more yang bisa kita gunakan di kehidupan sehari-hari adalah bersyukur. Masih banyak bentuk less is more yang bisa kita gunakan seperti semakin sedikit kita berbicara semakin bernilai apa yang kita katakan ke orang, rendah diri membuat diri kita terlihat tinggi di mata orang lain, kesederhanaan lebih baik daripada berboros-boros ria dan masih banyak lagi.

Less is more bisa membantu kita menciptakan hidup yang lebih seimbang dan bahagia jika kita bisa menerapkannya dengan tepat karena konsep ini adalah penyeimbang dari sifat dasar kita yang selalu ingin berlebihan. Selama kita bisa menyesuaikan kapan kita menggunakan konsep ini, dijamin hidup kita ga bakal ruwet-ruwet amet.

Semoga tulisan sok tau ini bisa membantu para pembaca untuk membuka perspektif yang lebih luas dalam hidup kita sebagai manusia yang sempit dan kecil. Be seeing you all in my next article. May the force be with you.

No comments:

Post a Comment